Total Tayangan Halaman

Jumat, 04 September 2009

PENGENDALIAN DIRI

Hidup butuh perjuangan dalam pemenuhan hajat, seperti syair pujangga kita almarhum Rendra bahwa " Hidup adalah perjuangan, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata ".
Seperti air ia terus bergerak mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain mengisi multi ruang dan dimensi. Konsekuensinya muncul beda pendapat silang pandang dan persaingan antar kepentingan. lebih konkret lagi terjadinya persaingan antar individu, kelompok dan komunitas.
Perang seringkali menjadi penyelesaian paling frontal, karena kedua pihak saling ngotot mempertahankan kepentingannya, kukuh ngugemi karep, seakan tak ada lagi penyelesaian damai. Musyawarah mufakat diangganp barang yang tak punya nilai.

Padahal jika kita mau menyelami lebih dalam lagi, ruang penyelesaian terhadap persinggungan pranatan multi dimensi masih terbuka lebar. Bahkan ruang ini hampir tidak terbatas, saking luasnya. Kalau kita cari dan menghayati akar persoalan sumber penyulut angkara, penyebab akal sehat tak lagi berfungsi dan gerak ragawi mengalahkan nilai nilai pengendalian diri, jawabnya adalah nurani, kompas jati diri, pengendali arah refleksi jiwa sekaligus raga, inspirator segala kebijakan yang dijabarkan oleh gerak emosi atau nafsu, juga motor penggerak aktivitas indra dan anggota raga.

Di sinilah perlunya kita selalu mengasah nurani, mulat sarira hangrasawani. Tujuannya agar setiap tindakan dan pikiran kita terkontrol tidak over acting. Selaras dengan proporsinya. Bisa empan papan. Karena kesantunan dan kesadaran empan papan ini mutlak harus disikapi tidak boleh diabaikan.